puisi terindah


My Love
* Untuk seseorang yang telah mengisi hati hamba yang dulu hampa, , ,
 

Allah yang Maha pemurah terimkasih untuk saat” indah yang dapat kami lalui bersama, , ,
aq datang berusujud di hadapanMu, sucikan hati aq ya Allah, sehingga dapat melaksanakan kehendak dari rencanaMu dikehidupan aq, , ,
ya Allah, jika Dia bukan pemilik tulang rusuk aq jagan biarkan aq merindukan kehadiran’ya, jagan biarkan aq melabuhkan hati aq di hati’ya, , ,
kikislah pesona’ya dari pelupuk mata aq dan jauhkan Dia dari relung hati aq, , ,
gantilah kerinduan dan cinta ini degan kasih dari padaMu, yang tulus murni, , ,
dan tolonglah aq agar dapat mengasihi’ya sebagi s’orang sodara, , ,
* Dan disini aku hanya ingin qm bangkit. . .
aq hanya ingin qm mngerti. . .
aq hanya ingin qm sadari bahwa aku menyayangimu dan yang kamu lakukan itu tidak selamanya benar. . .
* Cinta suci itu milik orang yang masih mempunyai harapan walaupun mereka telah dikecewakan.
Milik mereka yang masih percaya, walaupun mereka telah dikhianati.
Milik mereka yang masih mencintai, walaupun mereka telah disakiti.
Dan milik mereka yang mempunyai keberanian dan keyakinan mengambil resiko sebesamungkin bahwa cinta bukan untuk sementara tetapi untuk selamanya. .

* Permulaan cinta adalah membiarkan orang yang kamu cintai menjadi dirinya sendiri, dan tidak merubahnya menjadi gambaran yang kamu inginkan. Jika tidak, kamu hanyalah mencintai pantulan dari diri sendiri yang

Karya: Huda M Elmatsani
Memasuki gapura samudera terbuka
di rambutmu bunga kamboja
menjelma cendera nirwana.
Gemuruh laut bertaburan bak penari
genggamanmu kutelusuri
melingkarkan cinta di jari manismu.
Ombak menghantam dinding batu, Uluwatu
kupahat namamu sepanjang waktu
dengan palu rindu.
Seribu undakan mengantar kita ke altar cahaya
duduk khusyuk, dupa mewangi angkasa
doa memanjat bianglala. Sang hyang widhi wisesa.
… moksha utuh, cinta tak butuh pengorbanan
bersetubuh berseruh penuh
seluruh.
2011


Karya: Huda M Elmatsani
Tetes hujan yang melambai di kaca jendela ia mencari alamat sungai. Aku mencari alamat hatimu. Kutemukan telaga: sebuah genangan sunyi, tanpa ombak tanpa nyanyi, lalu kutenggelam dalam bening puisi. Itulah yang istimewa tentang dirimu, ketika segayung hujan membasuh telapak tanganmu, aku terhanyut di situ, lautan teduh dekapanmu. Maka aku menyamar hujan, memelukmu deras, mencium parasmu dengan kecup rintik yang tak pernah tuntas.
Di telapak tanganmu aku mengembara tanpa berhenti, menyusuri garisgaris sungai keberuntunganku. Setiap garis adalah makna. Membawaku pada muara bernama cinta. Aku di situ melukis sawahsawah yang menguning dengan jejak hidupku. Rerumputan, ilalang, kenangan, dan bunga-bunga rindu. Airmata dan semesta. Hujan dan doa. Membentangkan tenda cahaya tempat kita menghabiskan waktu dan bara. Setiap bintang adalah karunia. Setiap titik waktu yang aku petik untukmu.
Aku ingin menulis seperti sebaris embun yang kauselipkan pada seliris kuntum di bibirmu. Cukup manis walau hanya sebait senyum. Kutahu, puisi tak selalu tercipta dari kata. Tetapi hanya dengan kata kumampu menceritakan puisi ini padamu.



Karya: Huda M Elmatsani

Bila kau seumpama laut dan hujan, algoritma ini merelasikan ombak dan hujan: Ombak itu pelukan, hujan itu deras bisikan, dan gemuruh adalah dentum cinta yang tak henti menghantam dada, menghujamkan airmata ke penjuru semesta, menjelma kepakkepak camar yang menjaga samudera. Perahu itu aku.
Di ujung tanjung, debar jantungmu melantunkan ombak. Jemarimu menggulung rindu. Di ujung kelambu kalbu, bermanja menghelai lembar demi lembar rambutmu seakan menyisir pantai. Pasir adalah kanvas perjalananku, tempat setiap jejak kucetak dengan sajak, jejak yang kauhimpun di lengan ombak: memelukku. Pantai itu aku, selalu rapat di sisimu.
Hujan. Di sudut buku katakata berdesakan memasuki guguran hujan. Langit seakan berkilatan menggoreskan tanda seru. Cahaya menjelma gemuruh. Hujan membasuh unggun sajakku, mengeramas setiap aksara, menggenangi ruh huruf dengan bening airmata. Lalu tersisa sebagai butiran yang menetes di akhir paragraf. Dan di halaman berikutnya itu aku.
Aku, yang selalu hanyut bersamamu.


Seandainya matahari kauberitahu indahnya malam, apakah ia akan datang kemari? Melihat bintangbintang sambil berbaring di atas jambangan lapang bunga rumputan. Tetapi engkau hadir di sisiku dengan bara melampaui hangatnya matahari. Embun yang turun pun menjelma api, membakar langut yang hanyut di sudut mataku.
Tak ada puisi di mambang senja itu jika kau tak membisikkannya untukku, membangunkanku dari tumpukan kertas mimpi. Engkau menggelitik ujung penaku menggoda setiap kata untuk menari bersamamu, mengelilingi api unggun terbakar dan berterbangan menjelma bintangbintang. Lihatlah hurufhuruf cinta itu menyusun dongeng di cakrawala –
18/1/2011Kamis,




Karya: Huda M Elmatsani
Bantu aku menulis kata cinta, sunyiku pada pena.
Sebingkai meja berwarna coklat kelu dan berdebu
seakan lautan kata yang beku dalam dingin suhu.
Sepucuk kertas membentuk perahu, di layarnya teruntuk namamu.
Pena itu kembali menggigil, menggoreskan kegelisahan:
Aku cinta padamu. Hanya genangan tinta terbentuk
seperti teluk
melayarkan katakataku
ke samudera peluk.
Bantu aku menulis kata cinta dengan sinar matamu
agar kutemukan nyala dalam unggun kata
atau jadilah rembulan di rantingranting aksara
mengganti tikaman gelap dengan romantika remang.
Biarkan kuikatkan samarsamar cahayamu
menyatukan sejuta kalimat dalam lembarlembar puisi.
Lalu senyummu kujadikan majas
Agar makna semakin jelas
membebaskan cinta dari pernyataan
yang tak pernah tuntas.
Atau, jadilah kamu laut yang dalam dan biru
mengganti kalimatku yang dangkal dan berbatu.
Kuseberangi selat bibirmu, mengembara
hingga palung jiwamu. Laguna yang teduh berangin
Sebuah jalan setapak membelah ombak.
Ombak di matamu.
Zayyine, kukenali tulisan di matamu yang teduh
dan gemuruh.
11/1/2011Kamis,


Karya: Huda M Elmatsani
Aku mencintaimu melebihi segala batas
tak cukup daratan berbatas pantai
Cintaku luap samudera. Luas membentang permadani biru
Gelombang dengan gairah ekstra, O indahnya gemuruh
tempat kita layarkan kenangan demi kenangan.
Seluruh rindumu kutampung dalam teluk
pelukanku, dalam liuk lengan-lengan ombak, arus sajakku
yang sejuk membimbingmu ke laguna: sukmaku.
Aku mencintaimu melampaui matahari
bukan cakrawala berbatas senja temaram
Cintaku doa pagi dan di langit malam
mengerjap sebagai bintangbintang. Adalah jejakjejak galaksi
berarak di angkasa, berkilap dalam munajatku.
Lembut ombak memainkan butirbutir cahaya
pada pantulan bulan di matamu. Aku di situ
berlayar tak kenal waktu.
Cintaku melampaui bunyi dan sunyi
ketika hujan berhenti dan sisakan dencing tetes akhir
aku genangan yang diamdiam menghilang lalu
mengalir sebagai sungai deras di hatimu.
Mengisi urat nadimu dengan denyut jantungku
Menulisi dadamu dengan goresan rindu dan asmara.
Walau tak selalu bicara
aku sarat aksara.


Karya: Huda M Elmatsani
Ciuman pertamaku
masih kausimpan di lekuk bibirmu
malumalu getaran itu
anggun melewati rimba waktu
mengisi rongga dada dengan hangat kelambu
melebihi kelepak matahari pada birahi
senja yang ungu.
Limabelas tahun berlalu
ciumanku masih menghias senyummu
biarkan di sana, aku memintamu  tak menghapusnya
sebab di sanalah kuarungi samudera kenangan
di pantaimu aku terdampar. Melebihi kelepak camar
setia menyamar sebagai waktu.
Aku menyebutnya cinta.
3/1/2011Kamis,


Karya: Huda M Elmatsani
Tak ada tempat aman untuk sembunyikan senyummu. Pada bungakah? Kupukupu datang, dan aku melihat senyummu memancar anggun. Pada daun? Angin berhembus, senyummu menari ke kanan dan ke kiri. Pada gerimis? Ah, matahari justeru mengubahnya jadi pelangi. Semakin nampak betapa indahnya engkau tersenyum.
Tak ada tempat aman untuk sembunyikan senyummu. Bahkan ketika bibirmu rapat seribu bahasa dan hening mengunci setiap suara. Sunyi hanya memberi kesempatan pada kata untuk membebaskan diri dan menemukan isyarat pada relief tatapanmu. Dan di sudut matamu yang kuntum, aku melihat betapa indahnya engkau tersenyum.
Maka berikan saja senyummu itu padaku.
Tanpa malumalu, tanpa ragu.
2011





Karya: Huda M Elmatsani
Malam melangkah sejuk di pelataran
bintang-bintang berkilau, menitipkan kerling matamu
cantik parasmu cermin perjalananku
memaknai waktu.
Pukul 00.00 hingar tahun anyar membentangkan masa
semarak terompet dan dentuman asa membahana
bunga-bunga cahaya bermekaran di angkasa.
Kulihat kembang api berpijar di matamu.
Gairah jiwaku memancar dalam mawaddah
kurangkai pendar-pendar doa
kueratkan genggaman:
cinta adalah takdir kita.
Melewati hari bersamamu, tahun-tahun anugerah
nyala cinta menerangi sejarah kita:
Selamat tahun baru, Adinda
Kaulah kalender bahagiaku.
2011



Karya: Huda M Elmatsani
Apakah mencinta tindak pidana
hingga seumurhidup ku dipenjara
di sel hatimu seluas semesta
dengan jendela sebingkai nirwana
kau bidadari di dalamnya.
Aku terkurung dalam bahagia.
Bila tak jumpa seminggu
hukuman bertambah dicambuk rindu
dadaku penuh goresan namamu.
2010
 kamu temukan di dalam dirinya. . .
Sepi Sendiri
kini aku sendiri.,
tak ada yg mau menemaniku.,
aku hanya hidup dngan kehampaan yang kosong.,
aku butuh cinta.,
cinta yang mampuh membuatku tersenyum.,
cinta yang mampuh membuatku tertawa.,
dan cinta yang mampuh membuatku semngat.,
kenapa aku tak bisa mencintai?,
disaat dia bisa mencintaiku dngan stulus hatinya.,
kenapa aku tak bisa membalas cinta nya?,
sekejam inikah aku pada dia?,
aku bener-bener tidak tau tentang diriku sendiri.,
dan dalam waktu ini,
dan dalam detik ini.,
aku bener-bener membutuh khan cinta.,
sanggup kah diriku menemukan cintaku?,



Berkelana Kemana jiwaku terhantar
Tatkala seucap Cinta telah ku lontar
Aku jalani dan terus aku jalani
Meski keraguan hati menggebu
Laksana ombak deras yang menghempas
Aku berhenti sejenak
merenungkan tanda tanya
yang setiap waktu mengetuk pintu kalbu
Adakah ketulusan
Aku mencari dan terus mencari
Bersama gelap langkahku
aku pilu dan terus meragu
meski telah kau simpan pelangi di hati
meski telah engkau ijinkan hatimu menjadi rumah hatiku
Selalu muncul tanya di benaku
benarkah semua ini
biarlah sang pengatur waktu
yang berikan jawaban
Dan biarlah pula
aku terus mencari
hingga kutemukan terang
laksana rembulan menunggu mentari

Diujung minggu,
Di mana semua yang bersinar terasa pudar
Semua yang berkilau seketika redup
Semua yang hidup seakan pergi

Itulah saat dimana
Aku termenung sendiri, aku menanti
Petang baru menjelang
Mega hitam menutup mentari

Tiba-tiba malam menyusul
Aku sendiri
Memikirkan dia yang sempurna
Memikirkan dia yang menjadi cahaya

Aku menanti fajar tak kunjung tiba
Gelap disini. Sunyi
Tapi tak segelap dan sesunyi rasa dihati
Saat dimana mata tak lagi melihat senyumnya
Saat dimana tubuh tak rasa sentuhannya
Biar sehari, itu sudah cukup menyiksa

Karena
Hanya dimatanya saja sudah kulihat dunia
Dalam suaranya sudah kudengar nyanyian surga
Dan diwajahnya kulihat wajah bidadari cinta
Dan, itu belum cukup menggambarkan dirinya
Atau mungkin memang dia tak bisa diungkap dengan kata
Karena dia adalah cinta, dia hanya bisa dirasakan

Dalam setiap sentuhannya,
Ada sayang, cinta, juga ketulusan
Yang hanya bisa diberikan olehnya
Oleh seorang kekasih

Aku mencintainya dengan semua yang tidak ada padanya
Aku mencintainya dengan semua keburukan yang ada padanya,
Karena aku mencintai dia apa adanya
Karena aku mencintainya dengan hati yang tulus



0 komentar:

Posting Komentar